… Well, not really, this one supposed to be titled “YULT Keukenhof”, but whatever.

Rasanya sungguh bahagia ketika tulisan kita mendapatkan respon yang positif, apalagi setelah lama tidak berkesempatan untuk menceritakan perjalanan “ya udahlah ya” ini.

Oh ya, ada beberapa teman (sebetulnya hanya 2) yang kebingungan kenapa namanya harus Tempe, ga ada yang bagusan dikit apa? Kata mereka.

Yah, jika alasan “Tempe itu sehat, enak, dan merakyat” tidak cukup bagi kalian, ini ada paparan lengkap mengenai asal usul si Tempe, kalau tertarik bisa iseng baca sebentar: KBR Jogja – Part 3

Next ride please!


Amsterdam – Day 2

Pemanasan sebelum ke tempat aslinya.
Pemanasan sebelum ke tempat aslinya.

Belum ke belanda kalau belum ke Keukenhof. Dari awal memang komplotan bertiga: Tempe, Pong, dan Sung sudah sengaja memilih tanggal yang tepat dengan diadakannya event keukenhof. Tapi beneran kok, tujuan utamanya tetep mengunjungi si Mr. Chow, sungguh…

Sayangnya, terkadang teman hanyalah sekedar teman. *mengusap air mata *buang ingus

walaupun sudah ditempuh jarak beribu-ribu mil, orang yang ingin dikunjungi justru memilih untuk tidak menemani tamu-tamunya pergi ke taman bunga. Baiklah, tak apa, pikir Tempe. Mending kita cari teman baru disana… *sisiran

Pagi hari, suasana sudah gundah gulana. Apa daya, oom-nya Sung yang berbaik hati berencana untuk mengantar ternyata sedang tidak fit. Sibuk mencari-cari bagaimana memanfaatkan angkutan umum untuk bisa sampai disana, tapi sepertinya makan waktu. Aduh, pusing pala barbi…

Teman memang sekedar teman, tetapi oom adalah oom. Walaupun kondisinya tidak prima, beliau tetap bersedia mengantarkan 3 orang tak berdaya ini yang tengah gegulingan di lantai karena tidak tau bagaimana ke keukenhof. Memang benar kata-kata keluarga cemara: harta yang paling berharga, adalah, Oom… 


Keukenhof

Dari Marcantilaan menuju ke keukenhof bisa dikatakan jauh, walaupun sebagai orang Jakarta jarak ini tak ada apa-apanya, asal satu hal: jalanan lancar!

Dan lagi, selama perjalanan terlihat betapa “datar”nya Belanda ini. Selain karena desain kota yang begitu-begitu saja, landscape-nya pun, begitu-begitu saja. Namun, sekitar 2 km sebelum mencapai keukenhof, suasana berbunga sudah bisa terasa, literally.

Cek dulu airnya dingin apa engga sebelum nyemplung
Cek dulu airnya dingin apa engga sebelum nyemplung

Honestly, ekspektasi mereka bertiga tidak seberapa untuk keukenhof. Bahkan cuaca saat itu justru memberikan pertanda kurang baik, angin bertiup kencang sampai mampu menggoyang rambut Tempe yang sudah tertata rapi pakai gel pinjeman dari Sung. Tapi kenyataannya?

Keukenhof pecah banget! Disini, mau muka lu seabstrak apapun bakal keliatan bagus di foto, sumpah, coba lihat model berikut:

Before
Before
After
After

Jadi tempat ini hanyalah sebuah taman bunga, literally. Lalu buat apa jauh-jauh kalau di Bogor udah ada?

Di Keukenhof ini berbagai bunga diatur dengan berbagai tema berbeda, contohnya yang paling konkret adalah bentuk muka Van Gogh yang dibentuk dari warna warni bunga tulip, ada pula labirin, dan ada lanskap yang dipenuhi bunga meliuk-liuk bagaikan ular. Magical.

Pong penuh gaya
Kalau berfoto di Keukenhof, tolong dikontrol juga ya jangan sampai berlebihan posenya, apalagi sampai bunga-bunga disana pada layu… Kan kasian yang udah nanem susah-susah

Selain pemandangan bunga yang memanjakan mata, tidak kekurangan pula pemandangan *ehem* lain *ehem* yang menggetarkan jiwa.

Seperti Tempe yang tidak sengaja melihat secercah kayangan saat berada di toko suvenir, saking semangatnya malah keluar toko, dan cerita ke Pong. Tetapi kemudian menyadari bahwa ia melewatkan kesempatan pirang.. eh maksudnya kesempatan emas, kemudian mencoba masuk ke toko suvenir lagi, namun tentu saja, malaikat itu telah kembali ke surga…

atau Sung yang mata dan hatinya tidak bisa berpaling dari seorang gadis, diasumsikan Korea, saat ia berada di atas kincir memandang ke daratan luas, namun justru ketika ia mencarinya setelah turun, harapannya harus pupus bagai tertiup angin sepoi-sepoi…

atau Pong, yang… tidak punya cerita…

Mungkin saja semua itu hanya fatamorgana. 

Atau angan mereka semua adalah nyata?

Kepada siapa mereka harus bertanya?

Satu yang pasti, keukenhof bikin hati berbunga-bunga!

Yap, jelas keukenhof membangkitkan gairah pujangga siapapun yang mengunjunginya. Anda akan merasakan suasana syahdu, seperti saat mendengarkan lagu tenda biru, tapi tentu saja tiada tenda biru di Keukenhof.

Caution: ada baiknya kalian yang tidak mampu menahan rasa galau mengurungkan niat untuk datang keukenhof, apalagi dengan teman sejenis, apalagi berlama-lama..

Tangan jahil
Penyimpangan bukan hanya karena ada niat pelakunya, tetapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah Pong, waspadalah!

Sebetulnya mereka bertiga setuju bahwa menghabiskan waktu seharian di Keukenhof pun tak ada masalah, apalagi harga tiket yang tergolong murah untuk tempat wisata sebagus ini (sepertinya sekitar 10 euro). Tetapi berhubung mereka sudah berjanji juga untuk makan malam bersama di Marcantilaan, jadi sekitar pukul 3 sore waktu setempat akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.

mereka sempat berjalan-jalan sejenak menyebrang sungai naik kapal feri gratis, jalan tanpa arah melawan angin dan ternyata hanya bertemu sebuah Factory Outlet di ujung dermaga, rasanya tak perlu banyak dielaborasi. It was as random as it sounds.

Dan keputusan mereka sungguh tepat, begitu pulang ternyata makan malam yang disiapkan sudah tersedia dengan indahnya di meja makan. Suatu kemewahan yang tiada terkira harganya adalah bisa menikmati nasi di benua eropa, bahkan walau baru 2 hari ada disana:

Makan Malam
Pemandangan yang tak kalah indah daripada Keukenhof: nasi dan sambal ABC! *bukan endorse
Iklan

Gimana?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s