Jogjakarta – Part 1: Masa lalu yang belum berlalu

(tulisan ini adalah sekeping bagian dari perjalanan 1 minggu keliling Jawa berjudul Keliling By Request)

Sedikit basa-basi: Sebelum melanjutkan berbagi cerita, pertama-tama ingin apresiasi dulu nih buat tanggapan-tanggapan yang diterima, terutama 3 post terakhir. Biasanya, blog ini memang ditulis hanya sebagai pengingat bagi diri sendiri aja, makanya hanya di-share di twitter, yang notabene follower gw pasti udah terbiasa dengan pikiran-pikiran liar dan cuap-cuap ga penting dari gw. Namun, betapa senangnya ternyata banyak pembaca, yang datang setelah share di facebook, bisa mendapatkan pengaruh positif juga. Selamat melanjutkan membaca! Segala macam tanggapan, kritik, saran amat sangat diterima, loh.

Lanjoood…

Jika dilihat dari judul post ini: Jogjakarta – Part 1. Kenapa bisa pede banget sampai membagi Jogja menjadi beberapa part? Soalnya Jogja: sukses pecah, banget! Sesaat setelah petualangan di Jogja selesai, Tempe, Koya, dan Mihe tak henti-hentinya berucap bahwa meletakkan Jogja sebagai kota pertama itu sebuah kekeliruan. Jogja menetapkan standar yang terlalu tinggi, pikir mereka. Jangan-jangan perjalanan ini terlanjur klimaks dini, pikir Tempe menambahkan.

Apakah Jogja merupakan klimaks dini? Tidak.. Tidak..!

Apakah Jogja menetapkan sebuah standar yang begitu tinggi? Iya.. Iya..!

Apakah perjalanan ini akan semakin seru? Bisa jadi.. bisa jadi!

Daripada bertele-tele, mendingan mulai melanjutkan ke langkah pertama setelah keluar dari stasiun tugu

Lanjutkan membaca “Jogjakarta – Part 1: Masa lalu yang belum berlalu”

Iklan