(tulisan ini adalah sekeping bagian dari perjalanan 1 minggu keliling Jawa berjudul Keliling By Request)
…
Lampu gemerlap kota Malang terlihat jelas dari atas sepeda udara, membuat mereka bertiga berharap wahana yang satu ini takkan pernah berakhir. Tapi kasihan si Mihe, lama-lama bisa puyeng dia keasyikan dugem di tengah dinginnya BNS. Ngomong-ngomong, lagunya sepeda udara ini kenapa metal banget yak. (mengacu ke video di post sebelumnya)
‘Asik banget tadi lo di atas bisa dugem,’ sahut Tempe kepada Mihe sambil ketawa-ketawa menyindir,
‘Ini semua gara-gara kalian!’ tiba-tiba Mihe berteriak sambil menunjukkan emosi marah. Kontan saja Tempe dan Koya kebingungan, apa salah kami?
Tak disangka, si Mihe pun kebingungan kenapa lampu sepedanya kedap-kedip sendiri. Menurutnya, semua kontrol ada di sepeda yang di depan, yang ditumpangi Koya dan Tempe. Di dekat setir sepeda Tempe dan Koya terdapat beberapa tombol yang tidak jelas fungsinya apa. Selama perjalanan, kerjaan mereka adalah asal-asal pencet tombol-tombol gak jelas itu. Ternyata oh ternyata, itu adalah pengendali lampu dan lagu yang ada di sepeda udara. Sayangnya, mereka baru sadar setelah turun. Maaf ya Mihe, tapi asyik juga kan?
Sambil terbayang pemandangan indah Kota Malang dari kejauhan, penjelajahan BNS kembali dilanjutkan.
Lanjutkan membaca “Malang – Part 3: Batu yang lebih berkilau daripada Berlian”