Metafora Kehidupan dalam Pendakian Papandayan

Metafora Kehidupan dalam Pendakian Papandayan

Kalau hanya tujuan yang dipikirkan, kita akan mudah untuk menyerah. Mereka yang bertahan adalah yang mampu menikmati perjalanan.

Setiap perjalanan dimulai karena ingin mencapai suatu tujuan.

Untuk apa orang melakukan pendakian gunung, utamanya adalah untuk bisa mencapai puncak.

Dalam kehidupan, karena kita ingin menjadi sukses—apapun definisi suksesmu: berkontribusi untuk masyarakat, ingin kaya raya, ingin punya jutaan subscriber—maka dimulai juga perjalanan kita.

Seringkali, tujuan tersebut tidak sepenuhnya konkret, tertutup oleh kabut, atau bahkan terhalang oleh bukit lain di sekitarnya.

Lanjutkan membaca “Metafora Kehidupan dalam Pendakian Papandayan”

Iklan

Tanpa Tujuan

Tanpa Tujuan

Hi.

Kalau kamu membaca tulisan ini melalui layar ponsel, hentikanlah.

Jika ada yang sebenarnya perlu kamu selesaikan, selesaikanlah saja hal itu.

Jika sedang dalam perjalanan, angkat kepalamu, perhatikan sekelilingmu sekarang juga.

Manusia sering terlupa akan apa yang mereka punya, karena terlalu fokus mengejar apa yang mereka tidak punya. Hanya untuk lupa lagi ketika sudah mendapatkannya.
Lanjutkan membaca “Tanpa Tujuan”

Hujan atau Pelangi

Ketika sedang menyampaikan dukungan moral kepada seorang kolega yang sedang tertimpa musibah, saya secara natural melihat ke atas karena kala itu langit begitu mendung. Tak lama kemudian, hujan mulai merintik perlahan.

“Sepertinya langit menangis”, terbesit dalam benak. Kala itu saya sedang menunggu orang tua seorang teman yang telah wafat untuk dibawa dari masjid ke ambulans. “Langit menangis karena ikut berduka.”

Lanjutkan membaca “Hujan atau Pelangi”

Hati yang Selalu Bahagia

(Setelah menceritakan berita bagus yang didapat pada hari ini kepada seorang teman)

Teman: Wah, pasti hati lu lagi bahagia banget kan sekarang?

Gw: Ah hati gw mah selalu bahagia kok

Teman: Asyik ya, gw berharap bisa punya hati yang kayak lu.

7 bulan sudah.

Hari ini ada sebuah cerita yang ingin dibagikan, didedikasikan untuk betapa uniknya kamis ini.

Apakah iya hati kita harus kita paksa untuk membedakan waktunya bahagia dan tidak? Ga bisa ya kita bahagia setiap saat? Bukan gila ya maksudnya..

Dalam sebuah khotbah di salah satu Hari Minggu, pernah dikatakan bahwa kita itu bisa kok berbahagia setiap saat. Ga perlu tuh kita harus kaya dulu, harus sukses dulu, poinnya cuma mensyukuri apa yang ada di sekitar kita setiap saat, karena pasti ada yang bisa kita dapatkan kalau kita berani melihat diri kita saat ini, alih-alih mengingat masa lalu yang penuh dengan penyesalan atau masa depan yang masih tidak jelas.

Lanjutkan membaca “Hati yang Selalu Bahagia”

Bahtera

Tetap bersikap positif tentu bermanfaat juga bagi siapapun yang ada di sekitar kita, bukan?

Diurnalis

Menyimpul senyum di tengah hujan yang tak kunjung berhenti.

P.S. Mencoba fitur baru WordPress

Lihat pos aslinya