Terasa seperti Jogja, dengan keraton yang lebih megah dan banyak pernak-pernik unik mengelilinya, Siem Reap menawarkan pengalaman berpetualang yang tergolong selaw abis.

Hari itu Rabu, malam. Perjalanan kali ini terasa berbeda dari biasanya karena dilakukan tidak pada long weekend atau libur panjang lain. Tempe harus ambil cuti. Tak apalah, kalau kata salah satu teman Tempe saat berjalan-jalan:

Jobs fill your pocket. Adventures fill your soul.

(itu hasil nyontek dari google sih)

Transit di KL

Penerbangan dari Jakarta ke Siem Reap memerlukan transit. Seperti biasa, lokasi transit tergantung pada maskapainya. Tempe sih cenderung setia dengan maskapai yang bisa ngasih harga paling murah dan banyak promonya. Pilihan jatuh (lagi) kepada maskapai om Tony. Perjalanan ini sudah direncanakan sejak jauh hari, bisa dilihat dari proses pembelian tiket PP sejak 5 bulan sebelum keberangkatan!

harga tiket PP Jakarta-Siem Reap via KL dengan AirAsia sekitar 2.2jt.

Belinya di traveloka ya #eh

Keunggulan lain dari naik AirAsia adalah transit di KLIA2. Airport satu ini sudah 3 kali jadi tempat bermalam Tempe, suatu kebanggaan untuk Bandar udara antarbangsa di Malaysie tentu saja. KLIA2 menyediakan tempat tidur yang terbuka, ditemani lullaby calon penumpang yang wara-wiri.

Transit kali ini pun terasa lebih spesial karena: di tempat biasa Tempe tidur ternyata ada PokeStop! Lebih mantap lagi, waktu Tempe baru tiba, PokeStop itu lagi ada love-lovenya! Untungnya hanya sekali sih, jadi setelah menangkap beberapa pokemon dan lure habis, Tempe sadar kalau badannya butuh istirahat juga.

Siem Reap International Airport

Setelah sekitar 2 jam mengudara dari KL ke SR, Tempe dan rombongan tiba dengan selamat di Bandar udara Siem Reap. Bandar udara SR ternyata mirip seperti SHIA, anda harus mengisi form imigrasi dan form cukai. Apesnya, kedua form tersebut ternyata dibagikan di pesawat, saat Tempe sedang mimpi indah. Form imigrasi sih tersedia dengan cara meminta petugas, tapi form cukai ini yang cukup unik.

Petugas cukai di pintu keluar ternyata tidak bisa bahasa inggris sama sekali! Saat Tempe mencoba berbagai bahasa tubuh, mulai dari yang wajar sampai yang setengah emosi, jawaban si petugas hanya geleng-geleng. Mampus.

Form yang ada di tangan rombongan hanya 5, sementara anggota ada 6. Apakah kita harus mengorbankan satu disini?

Untungnya masih ada internet di Bandara, sehingga salah satu anggota rombongan berinisiatif untuk menggunakan google translate. Setelah beberapa kali mencoba berkomunikasi via layar handphone, si petugas menunjuk-nunjuk paspor seolah meminta. Ia hanya baca halaman pertama, pura-pura mengerti, dan mempersilakan rombongan Tempe lewat. Fyuh selamat…

Mari mulai petualangan kita!

IMG_8877
Diantara kita berdua, biasanya ada yang ketiga, dan biasanya yang ketiga itu…

Siem Reap National Museum

Ke museum bukan untuk masuk ke dalamnya, tapi untuk membuat 3-day pass berkeliling Siem Reap. Ini sudah jadi hal yang standar untuk membuat Pass berkeliling Siem Reap. Ga banyak yang spesial, namun penting sekali karena ternyata di setiap objek wisata akan memeriksa pass ini.

S__3718408.jpg
Pastikan anda memasang senyum terbaik karena bakal diliatin sama semua penjaga gerbang di tiap candi!

Phnom Kulen

Tujuan perdana Tempe dkk adalah Phnom Kulen, sebuah lokasi konservasi alam dengan beberapa objek wisata. Letaknya sekitar 40 km ke utara dari kota Siem Reap, kurang lebih 1.5 jam perjalanan dengan mobil. Sepanjang perjalanan, anda akan merasa sedang melintasi jalur darat pulau Jawa, sawah di kanan kiri dengan sesekali pemandangan warung. Namun anda akan langsung sadar kalau anda tidak sedang di Indonesia, apalagi kalian yang duduk di depan. Setirnya di kiri bro! Kalau yang bawa mobil ngebut, berasa mau nyalip terus-terusan, butuh adaptasi.

Phnom dalam bahasa Khmer berarti gunung/bukit dan Kulen adalah leci. Menjelang Phnom Kulen, anda akan disuguhi pemandangan perkebunan berbagai macam buah, walaupun ga keliatan yang mana yang perkebunan leci sih.

Walaupun sudah membuat 3-day pass, ternyata untuk Phnom Kulen dikenakan biaya yang berbeda. Untungnya host airBnb tempat Tempe menginap sudah berbaik hati untuk membelikan terlebih dahulu tiketnya, jadi rombongan tinggal cus…

IMG_0270.JPG
Gerbang ke kuil pertama. Terlihat anak-anak kecil sedang duduk di tangga, siap mengerebungi turis yang berkunjung.

Objek pertama adalah sebuah kuil di atas bukit dengan patung Buddha tidur di dalamnya. Oke lah untuk pemanasan. Di tempat ini pula mulai banyak anak kecil menghampiri para turis dan meminta-minta. Lucunya mereka meminta-minta dengan menggunakan bahasa Khmer, ngerti aja kaga…

Beres berputar-putar di kuil pertama, waktunya lanjut ke objek berikutnya. Tidak jauh dari kuil ini, terdapat sebuah aliran sungai yang menarik. Apanya yang menarik?

IMG_8934
Ukiran di dasar sungai

Kalau kalian coba melihat ke dalam air tersebut, pada dasarnya yang cetek terdapat ukiran yang sederhana namun rapih. Diceritakan oleh guide dadakan kami (baca: driver), ukiran ini dibuat walaupun ada aliran air. Keren juga.

Dan ternyata, sungai yang kita lihat ini mengalir menjadi sebuah air terjun yang juga merupakan objek wisata. Lokasinya sekitar 2 km dari tempat melihat pahatan sungai dan sebaiknya ditempuh menggunakan mobil. Di tempat ini, banyak juga yang berlompatan dan berpose di bawah air terjun. Sayangnya Tempe dkk sedang tidak dalam kondisi siap basah, jadilah sekedar numpang menikmati pemandangan dan berpose saja.

IMG_8941.JPG
Gagal basah, pose ala boyband aja deh.

Oh ya, peringatan juga untuk kalian yang travelling bersama teman. Terkadang suasana alam terlalu indah atau akal sehat sudah tidak lagi bisa menampung, teman anda mulai mempertanyakan preferensinya dan bisa-bisa malah anda yang jadi objek pelampiasannya. Waspadalah, waspadalah!

IMG_8935.JPG
Hati-hati ada yang main tangan tiba-tiba ya

Banteay Srei

Dari Phnom Kulen ke Banteay Srei ini tergolong satu area, sekitar 30 menit. Biasanya untuk itinerary, kedua spot ini baik dikunjungi pada hari yang sama. Katanya sih candi yang satu ini bernuansa pink, unik juga ya. Walaupun kenyataannya ga sekelihatan itu kok pinknya. Sugesti aja kayaknya.

IMG_8963.JPG
Akhirnya ketemu candi juga, keliatan ga nuansa pinknya?

Banteay Srei mulai memperkenalkan tipikal candi di Siem Reap. Lebih mirip rumah, lengkap dengan taman, aliran air, dan dikelilingi oleh sawah. Ukurannya tergolong sedang dan kala kunjungan saat itu, beberapa bagian utama candi sedang direstorasi. Mulai dari temple of the lady ini, suasana objek wisata mulai mendukung itu berfoto dengan gaya ala-ala.

IMG_8965.JPG
Eh, kayak pernah liat, OB kantor ya?

Kalau kuil Phnom Kulen lebih terasa seperti tempat ibadah yang masih aktif, Banteay Srei jelas bertujuan hanya sebagai destinasi wisata. Ada tempat menonton pertunjukkan musik sederhana, lokasi memancing, dan platform of view point berlatar belakang sawah. Jika kondisi tidak terlalu panas, kalian bisa menghabiskan kira-kira 1 jam berputar-putar dan menikmati objek wisata ini.

Saat sedang mencoba mencari lokasi pemancingan, rombongan Tempe dengan cueknya mengikuti sebuah kelompok tour asal Itali yang cukup ramai. Karena percaya akan jalur yang ditunjukkan oleh Guide mereka adalah rute terbaik, Tempe mengikuti saja sambil pura-pura percaya diri ketika Guide mengajak kelompoknya memasuki sebuah jalan setapak ke dalam pepohonan.

Ternyata oh ternyata, kelompok turis ini sedang berjalan kembali ke bus mereka! Jadilah rombongan Tempe harus menahan rasa malu karena ketangkep basah ngebuntutin. Tenang aja, tinggal berpose di depan kamera sambil pasang tampang: kita lagi mau foto-foto di tengah hutan kok!

IMG_8988.JPG
Kita emang lagi cari spot foto di tengah hutan kok! Percaya deh!

Berhubung sejak sehari sebelumnya mereka belum berhasil mendapatkan istirahat yang layak, setelah Banteay Srei mereka memutuskan untuk kembali ke penginapan untuk leha-leha sejenak.

Saat waktu makan malam tiba, mereka mendapatkan rekomendasi dari Mr. Hak, sang driver kesayangan, untuk mengunjungi Cambodian Muslim Restaurant (iya, nama restorannya ini).

Menu di muslim restaurant ini ternyata menggunakan bahasa melayu, salah satunya yang paling terkenal adalah Daging Domba Naik Bukit. Enak dan keren banget man, masaknya di depan kita langsung, semacam restoran jepang gitu. Recommended banget buat yang nyari makanan halal di Siem Reap.

Iklan

2 pemikiran pada “Siem Reap 3D2N: They Want, North!

  1. Perhatikan ga di Phnom Kulen: Reclining Buddhanya kepalanya di sebelah kanan? Biasanya reclining Buddha itu kepalanya di sebelah kiri kalau kita menghadap Buddhanya. Jarang ada dan besar lagi…

    1. Hmm bener juga ya, ga memperhatikan selama ini. Coba mengingat-ngingat yang di Thailand, yang di Wat Po itu kepalanya di sebelah kiri sih. Apa ada arti signifikan nya?

Gimana?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s