Ketika sedang menyampaikan dukungan moral kepada seorang kolega yang sedang tertimpa musibah, saya secara natural melihat ke atas karena kala itu langit begitu mendung. Tak lama kemudian, hujan mulai merintik perlahan.
“Sepertinya langit menangis”, terbesit dalam benak. Kala itu saya sedang menunggu orang tua seorang teman yang telah wafat untuk dibawa dari masjid ke ambulans. “Langit menangis karena ikut berduka.”
Beberapa saat kemudian, dari kerumumunan orang yang ingin mengiringi kepergian almarhumah, jenazah digotong dan dibawa masuk ke dalam ambulans untuk kemudian pergi ke pemakaman.
Kemudian hal yang luar biasa terjadi, seiring kepergian ambulans tersebut, langit berangsur cerah. Tentu saja saya tersenyum kecil, mengingat kembali kata-kata saya sebelumnya dan mengiyakan kebenarannya, sebelum akhirnya seorang teman saya yang lain nyeletuk saat kami sedang berjalan pulang.
“Katanya kalau ada orang baik yang meninggal bakal muncul pelangi.”
Sontak saya terkejut, benar juga, semuanya masuk akal bukan?
“Dan Tuhan meneteskan air hujan terlebih dahulu demi membuat pelangi…” Sahutku.
Menggugah sekali, selama ini saya selalu melihat “Hujan” sebagai simbol kesedihan akan kepergian seseorang, sementara mungkin justru “Pelangi” adalah tanda yang ingin ditampilkan, keindahan di tengah kepedihan, pertanda sukacita di Surga akan datangnya anggota baru.
Dan hujan turun terlebih dahulu demi memunculkan pelangi.