Sekitar 2 hari yang lalu, sambil menikmati segunung makanan di tumpukan piring yang ada di depan mata, seperti biasa ada sedikit basa-basi dengan teman-teman yang juga sedang berusaha mengisi perut. Salah satu pembicaraan yang paling menarik kebetulan membahas mengenai travelling. Jalan-jalan bukan sembarang jalan-jalan yang dibicarakan, tapi mengungkit mengenai New Zealand dan Swiss, sebagai 2 negara paling bagus menurut salah satu kontestan di meja makan tersebut.

Tidak, post kali ini tidak ingin menceritakan perjalanan ke New Zealand ataupun Swiss, I wish, tetapi karena tiba-tiba salah seorang teman yang memang mengetahui bahwa gw baru saja “travelling”, menanyakan:

“Bukannya lu abis jalan-jalan juga? Ke mana?”

“Ke Cianjur..”

“Jadi naik motor?”

“Jadi donk..”

Seketika itu juga pernyataan-pernyataan keheranan bermunculan, kata-kata seperti “gila”, “ga jelas”, dan salah satu yang juga terdengar: “kurang kerjaan”.

Kurang kerjaan?

Di luar sana, ada banyak sekali hal-hal sederhana yang bisa dinikmati, dan tidak kalah banyaknya cara untuk menikmati itu semua. Setiap orang punya caranya masing-masing. Ada yang baru bisa menikmati travelling kalau tujuan perginya New Zealand, atau Swiss. Tetapi ada juga yang menikmati perjalanan sesederhana naik motor ke Cianjur.

Don’t judge.

Inilah sebuah perjalanan kurang kerjaan yang membuat badan remuk.

walau cuma 2 hari tapi sepertinya tetap sulit dibungkus dalam 1 tulisan saja…

Enjoy.


Berangkat dari kejenuhan rutinitas dan hiruk pikuk ibukota, jadilah Tempe mencari teman untuk menemaninya ke sebuah “Pembersihan”. Sayangnya, sulit menemukan teman yang mau begitu saja diajak berpetualang jauh dan tanpa tujuan yang jelas, kecuali 1 orang teman paling acak yang dimiliki Tempe.

Dialah si Asbak, dulu pernah menjadi salah satu ketua himpunan mahasiswa ternama semuskay Labtek V ITB. Saking terkenalnya orang ini, sehari-hari ia memakai nama samaran, meminjam nama babehnya, Roda. Tapi untuk seterusnya kita menyebutnya tanpa nama samaran: Asbak.

Dia punya 2 syarat utama yang cocok untuk perjalanan kali ini: Dia gila, dan dia punya motor.

Berhubung tujuan dari perjalanan tidak penting, jadilah pada suatu hari yaitu hari pertama tahun mbek, Tempe dan Asbak memulai perjalanan ke sebuah tempat yang dari namanya sangat sakral bagi mereka berdua: Stone Garden.

Perjalanan dimulai dari kota Bandung. Untuk mencapai Stone Garden alias Taman Batu, dari Bandung bisa melewati Cimahi Cyber City. Lokasinya dekat dari pusat kota, hanya saja ditemani macet yang tidak mau lekang walau sudah beranjak dari Jakarta, ternyata melelahkan juga.

Biasanya kalau coba cek kesana kemari pengalaman orang-orang yang pernah mengunjungi Taman Batu, ada 1 objek wisata lagi yang mereka kunjungi yaitu Goa Pawon. Memang benar bahwa kedua objek wisata ini dekat sekali, hanya dipisahkan oleh 20 menit hiking murni tanah coklat masih basah abis gerimis. 1 jalur setapak dengan sudut kemiringan mendekati 90 derajat. 2 arah. Dan ada yang kongkow-kongkow di tengah perjalanan sambil asik main gitar. Mengenai ini akan dibahas lebih lengkap...

Jadilah Tempe dan Asbak berhasil melewati Cimahi Cyber City (iya sih berasa mulai cyber, soalnya macet!) dan bisa bergerak leluasa di jalanan menuju Taman Batu. Perjalanan kesana masih ditemani oleh jalan yang lebar dan pemandangan memanjakan di perbukitan. Naik motor masih terasa nyaman, bokong masih setia dan tidak banyak bertingkah. Dan dalam sekejap mata, mereka berdua tiba di persimpangan menuju Taman Batu menurut googlemap.

Tips: jangan cari taman batu/stone garden di googlemap, karena dengan indahnya ada sebuah toko batu yang akan ditunjukkan alih-alih objek wisata yang kalian inginkan (pemilihan nama dan lokasi toko yang tepat sekali ya).

Lebih baik cari saja lokasi Goa Pawon. Taman Batu di dekat situ.

Kalau tidak salah cukup membayar retribusi masuk sekitar Rp. 8.000. Baru saja Asbak memarkirkan motornya di TKP, tiba-tiba Tempe didatangi seorang “Guide” Goa Pawon.

Guide: tolong isi data dulu A’

Tempe: isi data apa ya?

Guide: isi data nama dan alamat.

Tempe: untuk apa ya A’?

Guide: Ya kita kan ga pernah tau misalnya terjadi apa-apa nanti.

Glek.

Guide: oh ya, bayar asuransi juga.

Glek Glek.

Memangnya kita mau lompat dari tebing apa gimana sih? Atau jangan-jangan Goa Pawon adalah tempat persembunyian Batman? pikir Tempe.

Goa Pawon:Goa tempat persembunyian Batman
Goa tempat persembunyian Batman

Setelah mengisi data dan membayar sekitar Rp. 15.000 barulah Tempe dan Asbak berjalan ke sekeliling. Sayangnya, kenapa hanya terlihat Goa Pawon? Taman Batu-nya mana?

Setelah bertanya kepada “Guide Uji Nyali” dimanakah letak Taman Batu, iya menunjuk ke atas bukit seperti tao ming se di poster meteor garden.

Guide: itu di atas.

Glek

ternyata untuk mencapai Taman Batu dari Goa Pawon, Tempe dan Asbak diharuskan hiking di sebuah “jalan” dengan tingkat kemiringan limit mendekati 90 derajat, tanah, dan kondisi gerimis. Ga apa-apalah paling cuma sebentar, pikir mereka.

Guide: sekitar 20 menit ke atas.

Glek Glek

Ini sih mampus, pikir Tempe sambil memandangi kedua kakinya yang harus bersiap menopang kamera/barbel dan tripod ke atas bukit. Tapi kalau memang ini satu-satunya jalan kesana, mau bagaimana lagi kan.

Baru hiking sebentar dengan semangat membara, dihancurkan seketika ketika ternyata jalan setapak tersebut 2 arah! Muka-muka nelangsa turis yang baru pulang dari Taman Batu bercucuran keringat memandangi pasrah dari atas, menunggu giliran untuk bergantian menapaki sepetak tanah untuk turun.

Semua keraguan itu hanya bertopang kepada motivasi utama Tempe dan Asbak menuju Stone Garden, jika tidak karena keinginan untuk bertemu Emma Stone yang begitu membara, mungkin mereka berdua sudah menyerah dan belok 180 derajat.


20 menit kemudian

Mana nih belum sampe


10 menit lagi kemudian

Itu dia ada warung di atas! Udah mau nyampe!


10 menit lagi lagi kemudian kemudian

Tempe: Akhirnya ya sampe juga..

Asbak: Asem!

Tempe: Kenapa?

Asbak: Itu! *sambil menunjuk ke arah kanan

Dengan gerakan slow motion dan gemetar, Tempe memalingkan wajahnya ke kanan dan matanya tidak dapat mempercayai apa yang ia lihat.

Berjejerlah sambil tersenyum menyindir sekumpulan motor dan mobil, parkir dengan indahnya di dekat Taman Batu.

ternyata, hosh… hosh…., bisa kesini, hosh… hosh…., naik motor, hosh… hosh…. coy!
pikir mereka sambil mencoba mengumpulkan nafas teratur

Tempe kehabisan nafas
Tempe kehabisan nafas

Tetapi daripada mencacimaki “Guide Uji Nyali” yang tidak memberitau bahwa bisa ke Taman Batu naik motor, mereka berdua memilih berpikir positif dan segera beranjak bertemu Emma Stone setelah duduk sebentar di warung.

Dari situ, perjalanan menjadi mudah. Kamera terasa ringan, tripod terasa balon, ketika akhirnya bisa menikmati pemandangan dan “cuma bebatuan” di Taman Batu.

Taman Batu
Lelah hiking 20 menit dan banjir peluh terasa menghilang begitu saja
Taman Batu dan Gaya Pacaran
Gaya pacaran anak muda jaman sekarang: nontonin kebakaran dan nongkrong di gubuk sambil buka jaket.

Taman Batu ini sendiri luas, dan sebagian besar terdiri dari… Batu. Masa sih…

Setelah memuaskan mata dan lensa kamera, tak lupa mereka berdua teringat akan tujuan utama perjalanan ke Stone Garden yaitu… mencari Emma Stone.

Tempe mencari Emma Stone
Tempe mencari Emma Stone di balik batu
Udang di Balik Batu
Bukannya ketemu Emma Stone, malah ketemu Udang di Balik Batu

Pusing dan pusing mencari kesana kemari, Tempe dan Asbak hampir menyerah dan memutuskan untuk lompat saja dari atas bukit karena hidup tanpa tujuan, kini tiada artinya. Namun justru disaat terendah, Emma Stone datang menghampiri dan tidak lupa foto bersama mereka berdua dengan pose andalannya.

Asbak dan Emma Stone
Asbak bercanda tawa dengan Emma Stone di Stone Garden
Tempe dan Emma Stone
Tempe cipika cipiki dengan Emma Stone

Maafkanlah kelakuan mereka berdua akibat terlanda badai asmara yang terlalu pekat di Stone Garden

Puas berbincang dan berfoto bersama Emma Stone, mereka melanjutkan perjalanan dan 20 menit hiking turun pun terasa sungguh menyenangkan jika dilakukan dengan hati berbunga-bunga.

Terima kasih Emma!

Iklan

Satu pemikiran pada “Mencari Emma Stone di Stone Garden

Gimana?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s