(tulisan ini adalah sekeping bagian dari perjalanan 1 minggu keliling Jawa berjudul Keliling By Request)

malang-DSC00508Sebelum melanjutkan cerita perjalanan ini di kota terakhir, bolehlah sejenak mengucapkan selamat ulang tahun kepada salah satu aktor cerita ini: Mihe!

Semoga selamanya menjadi penunjuk jalan mana yang benar, bukan cuma selama perjalanan, bukan cuma untuk 2 orang aktor lainnya, tapi terutama selama menapak di jalan kehidupan, dan bagi semua orang.

Duduk lagi di kereta, walaupun kali ini dengan perasaan yang jauh berbeda. Sekarang mereka sedang menuju kota terakhir dalam perjalanan berkeliling Jawa, Kota Cirebon. Destinasi satu ini adalah semacam pendinginan sebelum akhirnya kembali ke hiruk pikuk kehidupan.

Pada awal cerita sudah pernah disinggung mengenai betapa mereka ngebela-belain untuk pulang naik kereta melalui jalur utara, dan harus pagi atau siang hari. Alasannya? Tentu saja karena mendengar desas-desus keindahan jalur utara kereta api yang terkenal karena bisa sambil menikmati pemandangan…

Jalur utara kereta
Asik memandang melalui jendela kereta

Dan ternyata betul! Rekomendasi banget buat yang mau naik kereta di jalur utara, jangan tidur! Sayang banget kalau melewatkan bonus kayak gini. Semacam kereta wisata, jadi perjalanan pun tak terasa terlalu melelahkan. Walaupun memang tidak terlalu lama sih keretanya dekat dengan tepi pantai tak terjamah, tapi layak banget untuk bisa dikagumi sejenak! Jangan kayak Koya yang kerjaannya tidur selama di kereta, ngakunya sih kurang tidur, padahal emang ga mungkinlah dia bisa cukup tidur, kerjaannya aja udah tidur terus sekarang… sigh…

Stasiun Cirebon bukan Parujakan

Setelah menempuh perjalanan selama lebih kurang 3,5 jam, Stasiun Cirebon mulai tampak di depan kereta, semakin dekat, semakin dekat…

Stasiun Cirebon
Stasiun Cirebon!

Akhirnya mereka mendarat dengan selamat di kota terakhir. Hawa panas langsung menyerbu, berhubung sekarang juga matahari sedang begitu sombongnya di atas sana.

Oh ya, hal menarik mengenai Cirebon dengan stasiunnya adalah keberadaan 2 stasiun yang operasional yaitu Stasiun Cirebon dan Stasiun Cirebon Parujakan. Letaknya pun tak terlalu jauh satu sama lain. Lucunya, kalau bertanya kepada penduduk setempat misalnya ‘kalau mau ke stasiun cirebon naik apa ya?’ maka orang yang ditanya akan memastikan dulu ‘parujakan atau bukan?’. Makanya, kalau nanya harus lebih lengkap supaya langsung dijawab: ‘kalau mau ke stasiun cirebon bukan parujakan naik apa ya?‘. Baru deh nanti tidak pakai konfirmasi dulu, hehehe…

Berhubung sudah sekitar jam 12, mereka memutuskan untuk mencari penginapan terlebih dahulu. Asiknya, di Cirebon ini banyak sekali penginapan murah yang letaknya persis di depan Stasiun. Jadi mencarinya pun tak usah lama-lama, dan tidak harus berjalan jauh atau naik kendaraan untuk mencapainya.

Pilihan akhirnya jatuh ke hotel cordova, persis di depan stasiun letaknya. Waktu ingin mendaftarkan kamar, mereka cukup dikagetkan juga. Biasanya menginap 3 orang dalam 1 kamar tidak pernah menjadi masalah di kota lain, tetapi di hotel ini, karena kebetulan Koya masih dianggap sebagai perempuan, maka ia harus pisah kamar dengan Mihe dan Tempe.

nanti kalau ada polisi repot mas,’  kata penjaganya.

Padahal awalnya sudah murah sekali kalau bisa pesan 1 kamar saja, tapi ya sudah, tidak apa-apa, harus menghormati kebijakan setempat donk.

Harga kamar hotel cordova Rp. 159.600,- / 2 orang (AC) + 79.800,- / 1 orang (Non-AC)

Ayam Goreng Yu Konah

Ayam goreng yu konah
Makan siang ayam + lalapan!

Beristirahat sejenak barang 15 menit, ternyata perut mulai mendendangkan irama dangdut, semakin lama, semakin keras. Waktunya makaaan!

Berhubung sejak pagi belum sempat makan juga, sebaiknya mencari tempat makan yang dekat saja. Kebetulan di dekat hotel terdapat sebuah warung makan yang tampaknya cukup ramai. Warung Ayam Goreng Yu Konah ini layaknya warung ayam goreng lain, pertama pengunjung dipersilakan mengambil makanan yang disediakan, kemudian diserahkan kepada pegawai untuk digoreng. Ga sabar…

Nah, sebetulnya Tempe memiliki sebuah misi rahasia selama di Cirebon. Ia selalu penasaran akan salah satu masalah terbesar mengenai orang Cirebon: mereka ngobrol pakai bahasa jawa apa pakai bahasa sunda?  Menurut pengakuan salah seorang teman yang berasal dari Cirebon, orang Cirebon tidak bicara pakai bahasa sunda maupun jawa, tapi pakai bahasa Cirebon! Sombong amat punya bahasa sendiri katanya…

Jadilah selama menunggu makanan selesai digoreng, dan bahkan selagi makan pun, kuping Tempe dibuka lebar coba mendengarkan cara bicara bapak-bapak di meja seberang sana. Kalau dianalisis dari logatnya, sudah jelas mereka bicara dalam logat jawa. Tapi kalau ditelaah lebih mendetail, kata per kata, obrolan mereka tidak dapat dimengerti oleh Tempe. Sempat mendengarkan bahasa sunda selama 4 tahun dan seumur hidup banyak diganjar bahasa jawa, orbolan bapak-bapak ini masih sulit dimengerti. Yang pasti bukan bahasa Indonesia juga. Apakah memang benar bahwa ada yang namanya bahasa Cirebon? Wah, eksklusif sekali!?

Harga per porsi ayam goreng + tahu + tempe + minum: Rp. 25.000,- / orang

Toko Oleh-Oleh Sumber Jaya

Masih dalam kondisi penasaran mengenai bahasa, perjalanan di Cirebon dilanjutkan. Acara berikutnya adalah acara yang selalu tertunda di setiap kota karena tidak pernah ada waktu di tengah jadwal padat ‘cem artis: cari oleh-oleh! Nah, Cirebon ini bakal jd tempat yang tepat untuk beli oleh-oleh karena habis ini kan sudah tidak perlu lagi singgah di kota lain, jadi oleh-olehnya ga repot dibawa kemana-mana.

Toko oleh-oleh Sumber Jaya
Semua cemilan dijejer dari ujung ke ujung

Buat yang mau mencari oleh-oleh di Cirebon, ada sebuah toko namanya Toko Oleh-Oleh Sumber Jaya. Letaknya masih di jalan besar antara stasiun Cirebon dengan pasar kanoman. Toko oleh-oleh yang satu ini sebenarnya ada 2 cabang, dan dua-duanya pun berdekatan. Tampaknya jualannya pun berbeda.

Di toko ini, utamanya berjualan makanan dan hampir semuanya bertuliskan khas Cirebon. Dan jumlahnya bermacam-macam, segala macam cemilan ada disini! Karena terlalu banyak, tentu saja membingungkan oleh-oleh mana yang tepat untuk dibeli… Jadilah si Tempe coba bertanya kepada penjaga toko itu: Kalau yang paling khas Cirebon apa ya?

Menurut pengakuan sang penjaga toko, ada 2 makanan yang paling khas yaitu Kerupuk Kulit Kerbau dan Kerupuk Ikan Teri. Nah, daripada pusing-psuing, sudahlah beli saja kedua makanan itu.

Dan ternyata, kerupuk kulit kerbau ini UENAK SEKALI! Tentu saja mereka tidak mencoba langsung di Cirebon, tapi ketika nantinya dibawa pulang dan coba dimakan gigit demi gigit, rasa dan kriuknya maknyus, wajib kudu harus beli deh!

Pasar dan Kraton Kanoman

Pasar Kanoman
Kanan kiri ramai penjual sepanjang perjalanan

Cirebon ini termasuk kota yang rakus sekali, paling tidak ada 3 kraton yang terdapat di kota ini. Nah, berhubung waktu juga sempit dan letaknya cukup jauh satu sama lain, mereka bertiga memutuskan untuk menyempatkan diri paling tidak mengunjungi 1 kraton saja yang lokasinya cukup dekat yaitu Kraton Kanoman. Keunikan lain dari kraton yang satu ini adalah keberadaan pasar yang mengitarinya, yaitu Pasar Kanoman.

Dari toko oleh-oleh ke kraton kanoman diputuskan akan ditempuh dengan berjalan kaki. Memang sih, lokasinya cukup jauh, tapi sekalian lah ada keinginan juga ingin melihat-lihat Kota Cirebon lebih dekat dengan berjalan.

Dan ternyata keputusan itu adalah keputusan yang salah besar! Entah kenapa rasanya kota ini puanas sekali, ditambah lagi jalan yang ditempuh menyusuri kerumunan pasar tradisional. Tenaga ekstra harus dikerahkan untuk berjalan ke kraton kanoman. Masih mending kalau lokasi pastinya sudah tau, diantara banyak sekali toko di sisi-sisi jalan, penunjuk jalan sama sekali tidak ada! Mana ini kratonnya? Kok sudah berjalan dari ujung ke ujung pasar kanoman tapi tidak ketemu sih?

Kraton Kanoman
Kraton di tengah pasar, seperti jarum di tumpukan jerami!

Di hajar terik matahari siang, mereka tidak sanggup lagi, akhirnya setelah bertanya kepada seorang penjual di pasar setempat diketahui bahwa memang kraton kanoman ini letaknya persis di tengah-tengah pasar! Alamak, gimana bisa ketemu? Langung saja mereka bertiga menuju ke sebuah gardu yang besar berwarna putih, yang ternyata merupakan pintu masuk kraton kanoman. Dari luar tidak tampak suasana kerjaan sama sekali, tetapi semakin dalam semakin terasa. Berbeda sekali dengan kraton di Jogja, kraton kanoman sangat sepi, banyak anak kecil yang bermain di sekitaran sana. Mereka memutuskan untuk sekedar duduk sejenak dan berjalan mengelilingi kraton.

Setelah sekitar 1 jam berkeliling kraton kanoman, walaupun sekitar 30 menit dihabiskan dengan duduk, 15 menit berjalan, dan 15 menit sisanya mengumpulkan niat untuk pergi ke destinasi berikutnya, mereka memutuskan untuk beranjak dari betapa panasnya kraton satu ini. Tidak sangghup… harus cari yang adem-adem.

Oleh karena itu, diputuskan untuk ngadem dulu di Grage Mall, salah satu mall yang besar di Cirebon. Tapi berhubung lokasinya sepertinya jauh, mereka bertiga memutuskan untuk mengambil bantuan phone a friend, seorang ekspert di bidang cirebonisasi. Tanya-tanya arah jalan dari kanoman ke grage, sekaligus juga menyempatkan untuk protes karena begitu panasnya kota ini. Habis nanya-nanya kok marah-marah…

cirebon-DSC00874Lihat gambar di samping? Bukan, gambar itu tidak dibuat dengan cara menumpahkan warna biru menggunakan paint bucket pada aplikasi paint, gambar tersebut adalah langit kota Cirebon kala siang itu! Pertanyaannya sederhana, kemanakah awannya? Saat mereka mencoba mencari jawabannya barulah tersadar bahwa Cirebon ini pasti kota di atas awan, karena tidak ada awan sama sekali di langit! Pasti awannya ada di bawah… Ya, pasti… (mengusap keringat)

Grage Mall

Timezone di Grage Mall
Time Crisis dengan kondisi senjata krisis: ga bisa nembak!

Dari kanoman ke Grage Mall bisa ditempuh menggunakan angkot D5, dan asiknya di Cirebon ini angkotnya jauh dekat tarifnya sama: Rp. 3000,- /orang! Tidak banyak yang mereka lakukan di Grage Mall, selain duduk-duduk selama lebih kurang 2 jam di Es Teler 77 sampai teler sungguhan.

Sempat juga mencoba timezone di grage mall (jauh-jauh ke Cirebon malah ke timezone…), tapi sedih sekali… Sepertinya mesin-mesin bermain yang ada di sini adalah limpahan dari timezone lain, karena kondisinya sudah buruk sekali! Banyak yang rusak dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, waduh..sudah terlanjur gesek nih…

Sekitar jam 6 sore, mereka berharap kondisi sudah tidak sehangat siang tadi. Sambil menampakkan diri lagi ke dunia di luar mall, target berikutnya adalah kembali mengisi perut yang sudah setia menemani perjalanan panjang menyusuri Kota Cirebon yang telah memanggang mereka hidup-hidup. Sesuai rekomendasi dari sang ekspert Cirebon, diputuskan makan malam akan dilaksanakan di Nasi Jamblang Pak Gendut, yang lokasinya persis di depan Grage Mall.

Awan!
Ternyata Cirebon masih kenal sama awan di kala sore datang menjelang!
Matahari yang sama dengan di Marina Bay
Matahari yang sama, tadi pagi menyapa di Pantai Marina, kini berpamitan dari Cirebon

Nasi Jamblang Pak Gendut

Nasi Jamblang Pak Gendut
Tinggal comot!

Nasi Jamblang adalah salah satu kuliner khas Kota Cirebon. Keunikannya terletak pada lauk yang dideret begitu saja, tinggal ambil sesuai mau pengunjung. Mirip dengan masakan padang, tapi tentu saja dengan cita rasa yang jauh berbeda. Asiknya, bisa nyobain semuamua lauk yang disediakan, apalagi harganya tergolong murah. Tapi sulitnya adalah munculnya pertanyaan yang ini apa, yang itu apa, setiap kali hendak mengambil lauk. Ah sudahlah, makan aja yang penting enak!

Puas menyantap berbagai lauk yang disediakan, tujuan berikutnya adalah segera pulang kembali ke hotel untuk beristirahat dan bersiap berangkat ke Jakarta esok pagi-pagi benar. Cuma sempat melihat sedikit sekali mengenai Kota Cirebon, rasanya ingin sekali kembali untuk bisa bersantai dan mengunjungi semua kraton yang ada disana. Semoga, di lain waktu, bisa kembali lagi, tapi tolong donk.. awannya jangan malu-malu ya, puanas…

Iklan

2 pemikiran pada “Cirebon: Kota di atas awan

  1. Bikin pengen pulang Sep! -__-
    Lo main timezone-nya pasti yang di deket foodcourt atasnya Gramedia atau yang di dalam Matahari-nya. Ada dua timezone di Grage Mall soalnya. Haha.
    Lain kali kalo mampir ke Cirebon harus nyobain kuliner lainnya, masih banyak makanan enak.

    1. Iyacuma sempet nyobain dikit soalnya ga kuat Ches keburu kebakar lama2 di luar, trus malemnya dah keburu abis tenaganya. Wah timezonenya yang mana ya, yang di depan cinema 4d gitu, hahaha. Pulang lah Ches, udah “bebas” kan sekarang.

Gimana?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s