Malang – Part 2: Belajar, belajar, dan belajar!

(tulisan ini adalah sekeping bagian dari perjalanan 1 minggu keliling Jawa berjudul Keliling By Request)

Curhatan sebelum memulai:

Untuk menuliskan cerita di kota yang satu ini sebetulnya merupakan tindakan yang membutuhkan keberanian tingkat dewa. Kenapa? Gw takut, takut tak sanggup menggambarkan seindah pengalaman aslinya. 

Percayalah, kenyaataannya jauh lebih seru daripada yang gw tulis.

Setelah post sebelumnya lebih banyak menceritakan mengenai observasi dan perkenalan dengan Kota Malang, berhubung ini pertama kalinya mereka bertiga mengunjungi Kota Apel ini, sekarang saatnya membeberkan objek wisata apa saja yang dikunjungi.

Ekspektasi untuk Kota Malang sebetulnya tidak tinggi, tidak setinggi Jogja. Siang ini akan mengunjungi Jawa Timur Park 1, malamnya dijadwalkan ke Batu Night Spectacular, besoknya mau keliling alun-alun Kota Malang dan Toko Oen.

Bisa apa sih 2 buah theme park, sebuah taman, dan segelas es krim?

Pada saat pergi meninggalkan Malang barulah disadari, mereka sudah meremehkan kota yang satu ini..

Jawa Timur Park 1

Setelah menunggu lebih kurang 15 menit, akhirnya loket Jawa Timur Park pun dibuka. Sudah ada beberapa orang yang ikut mengantri membeli tiket, eh.. ga ngantri deng.. orang sepi banget.

Harga tiket masuk Jawa Timur Park 1 aja: Rp. 50.000,- / orang

ada juga tiket paketan, 2 hari bisa masuk Jatim Park 1 sama 2, kalau ga salah Rp. 100.000,- / orang

catatan: beberapa wahana juga harus membayar lagi, tapi ga banyak kok: berenang (ga tau berapa) sama flying fox (Rp. 20.000,-) aja kayaknya.

Gelang Jatim Park 1
Aksesoris baru selama di Jatim Park 1

Seperti halnya dufan, yang tiketnya adalah sebuah cap di tangan, jatim park juga tidak mau kalah unik. Tiket yang digunakan berbentuk gelang yang harus digunakan pada lengan. Nah, kalau misalnya gelangnya dibuka lagi, ada bagian yang sudah pasti sobek, sehingga maunya si jatim park ini supaya ga bisa dipindahtangankan. Uniknya, gelang tersebut disematkan masing-masing. Artinya kalau misalnya memang mau pindah tangan itu tiket, nempelinnya jangan pas banget sama besar tangan. Longgarin aja, jadi bisa dilepas pasang sesukanya deh, hehehe

Tapi itu praktik tidak baik ya, jangan diikuti di rumah, tapi di jatim park boleh… loh!?

Di gelang yang berupa tiket itu tertulis

Jawa Timur Park – Taman Belajar dan Rekreasi

sebetulnya tulisan itu agak menipu, karena seharusnya

Jawa Timur Park – Taman Belajar, Belajar, Belajar lagi,…. dan Rekreasi

Soalnya isinya membuat mereka bertiga deja vu sama Taman Pintar yang ada di Jogja. Padahal harapan masuk sini biar bisa teriak-teriak sepuasnya sambil membandingkan theme park di atas gunung dengan di tepi laut. Cih… Ya udah, mari kita belajar terlebih dahulu…

Kalau melihat ke peta Jatim Park 1 ini, gede banget ni tempat! Gimana cara ngiter-ngiter-nya? Untungnya, buat para pelancong yang kebingungan sudah disediakan rute berkunjung, nanti diarahkan satu per satu. Pertama keisni, keluar dari sini, terus masuk ke wahana ini, main ini, abis itu buang air dulu di sini, dan seterusnya.. Ya udah, diikuti saja..

Hal pertama yang harus dilakukan begitu masuk adalah memukul sebuah gong gede gitu…

Mihe memukul gong
Mihe memukul gong ‘selamat datang’ sambil tak lupa senyum 3 jari

Pemukulnya aja ternyata cukup berat bung, gimana gong-nya.. siapa juga mau ngangkat gong segede gitu..

Setelah memukul gong, jatim park menyuguhkan sajian budaya-budaya masing-masing daerah dari seluruh Indonesia, Jawa, Sunda, Batak, Minang, dan lain-lain. Ada pula perwakilan budaya dari Kota Malang. Tapi, tentu saja yang paling menarik bagi Koya dan Mihe adalah… Etnik Tionghoa.

Aremania
Aremania mewakili budaya setempat
Etnik Tionghoa
Udah cocok buat jadi pemeran Meteor Garden season 2?

Sudah puas belajar tentang kebudayaan di Indonesia, berikutnya mereka berhadapan kembali dengan ilmu pengetahuan alam, layaknya seperti taman pintar di Jogja. Bedanya disini ada bagian outdoor juga, jadi beberapa alat peraga yang membutuhkan tempat cukup luas bisa dipamerin pula. Tempe dan Koya sudah bosan dengan alat-alat peraga semacam ini, berbeda dengan Mihe yang tetap bersemangat dan mencoba mempraktekkan semua alat peraga sampai berhasil.

Tempe dan Koya sampai meneteskan air mata karena terharu..

Mihe Bersemangat Belajar
Semangat Mihe untuk belajar memang tak perlu diragukan lagi!

Sudah puas Mihe melepaskan hasrat belajarnya, mereka bertiga melanjutkan perjalanan ke “wahana” berikutnya. Tepat di bagian fisika, ada suatu plang yang cukup menohok Tempe.

Belajar dimana saja
Sindiran untuk Tempe

Sejak saat itu juga, Tempe memutuskan untuk mengadaptasi semangat Mihe dalam belajar… cobain semua alat peragaaa! Yeah!

Setelah bersenang-senang dengan ilmu pengetahuan alam yang sangat menarik itu (Cih..), Tempe berharap sekarang waktunya mereka rekreasi!

Tapi, sekali lagi, mereka masih harus belajar.

Rute berikutnya mengarahkan mereka ke bagian sejarah. Ada sejarah kantor pos, sejarah uang Indonesia, dan banyak lagi. Salah satu yang paling patut diapresiasi adalah keberadaan tiruan prasasti dan candi-candi yang ada di Indonesia. Yah, boleh lah, yang ini belum pernah lihat..

Sudah selesai dari bagian sejarah, sekarang waktunya main!

‘Yes, mana wahananya… mana..’ pikir Tempe dalam hati.

‘Bro, gw udah laper nih,’ sahut Koya tiba-tiba yang, sekali lagi, terpaksa memaksa Tempe manahan ketidaksabarannya.

Inget kan di tulisan sebelumnya sudah dibahas mengenai lokasi Jatim Park di tengah desa gitu? Tetang membuka lapangan pekerjaan baru? Pas mereka mau makan, semua itu terbukti loh!

Makan Siang
Koya bisa bahagia lagi setelah menahan lapar sejak lama.

Di dalam Jatim Park ini seperti ada food court makanan tradisional, yang penjualnya adalah masyarakat sekitar. Menu makananannya antara lain nasi pecel, rawon, ayam, dsb. Masing-masing lebih kurang Rp. 12.000,- udah sama minum. Ini baru namanya theme park yang beyond imagination… (ngelirik dufan).

Akhirnya beres makan juga, waktunya main… main… main!

Tempe baru saja kegirangan dan berharap akan melihat trek roller coaster melintas di atas kepalanya sebelum, ternyata, mereka dipertemukan dengan tempat belajar, LAGI!

Ingat, ilmu itu dimana-mana… Pikir Tempe. Semangat belajaaarr!

Rute berikutnya adalah semacam sea world kecil gitu, tapi ga kalah pecah! Tempe yang udah ga tahan mau main aja jadi bener-bener terpacu untuk belajar lagi. Apresiasi, sekali lagi, untuk pengembang Jatim Park 1, ini penghargaan asli dari lubuk hati Tempe yang paling dalam: You guys rock!

Emangnya kenapa?

Pengembang akuarium disini sih, niat abiez pake e sama z! Bahkan, niat abieeez pake 3 huruf e! Alih-alih asal jadi akuarium kotak dihias karang-karang buatan seadanya, masing-masing akuarium dihias dengan keren bangeeet pake 3 huruf e juga! Ada akuarium yang memiliki latar belakang toilet lengkap dengan kloset dalam ukuran sebenarnya, ada yang latar belakangnya kota malang lengkap dengan tugunya, bahkan ada yang dikasi televisi, televisi beneran, nyala!

Hidup jadi ikan disini sih, walaupun lebih bagus kalau mereka di alam bebas, tapi paling engga mereka BAHAGIA BANGET BRO!

Akuarium dengan latar belakang stadion bola
Mihe dan Koya terkagum-kagum dengan latar belakang stadion bola, lengkap dengan muke CR7!
Televisi dalam Akuarium
Jangan-jangan ikan-ikannya lagi pada tukeran pin BB di dalam akuarium?

Main! akhirnya!

Kora-kora
Bang, charter kapalnya!

Suasana theme park yang dibayangkan perlahan menjadi nyata. Trek roller coaster, teriakan yang samar-samar terdengar, dan adrenalin yang tiba-tiba terpompa deras. Mereka bertiga mencoba semua wahana dengan kriteria berikut: buka dan gratis! Untuk wahana-nya sendiri tidak sebanyak di dufan sih, apalagi wahana Tornado kala itu sedang dalam perbaikan, hiks. Tapi, inilah bonusnya kalau datang ke theme park pas lagi low season. Semua wahana bebas dicobain! Bahkan Tempe dan Mihe bisa charter kapal goyang alias Kora-kora.

Untuk roller coaster sendiri, ada minimal 3 buah yang tersedia:

  1. Ada yang cuma bisa bikin pusing karena treknya cuma muter-muter doank.
  2. Yang kedua sih kalau dilihat dari treknya sepertinya bakal asik, tapi ternyata ada semacam batas maksimal kecepatan jadi malah berasa naik komedi puter.
  3. Roller coaster yang terakhir, semacam bintang utamanya di sini, soalnya dekornya lebay banget, kayak ada gunung merapi gitu. Tapi ternyata, cuma dekornya aja yang memukau, treknya sih biasa aja. kecewa..
Roller Coaster apa Komedi Puter?
Ini Roller Coaster apa Komedi Puter yak?

Untungnya, ada satu wahana yang cukup memuaskan.

Apa ya namanya

Pokoknya yang bentuknya kayak begini…

Pendulum 360
Satu-satunya wahana yang bisa bikin teriak sepuasnya!

Hmm.. seasyik apa sih wahana yang satu ini?

Terimakasih kepada Koya yang cekatan mengabadikan momen ini..  Nih, keasyikannya silakan disimpulkan dari sebuah foto saja..

Mukeee
Mukee Tempe yang ekstra kontrol.

Akhirnya semua penantian Tempe daritadi pun, terbayar…

Okelah, kalau soal wahana bermain, jelas masih menang dufan. Tapi, coba pikir dulu deh..

Jatim Park ini adalah sebuah theme park yang lokasinya di atas gunung! Di tengah kota yang bahkan sebetulnya belum bisa disebut kota! Sementara dufan, ada di pusat pembangunan Indonesia, letaknya pun di pinggir pantai.

Kalau mau menentukan mana yang lebih oke, semua hal itu harus dipertimbangkan juga, kan?

Theme Park di atas gunung
Jatim Park 1, theme park di atas gunung yang jempolan!

Tarik Nafas Sejenak

Hotel Mutiara Baru
Agak berlebihan sih pakai kolam renang segala…

Setelah menghabiskan waktu sekitar 5 jam di Jatim Park 1, sekarang waktunya istirahat dulu. Dengan pertimbangan betapa malamnya nanti mereka akan pulang setelah dari BNS, diputuskan untuk mencari penginapan yang murah untuk meletakkan ransel yang begitu berat sekaligus supaya bisa tidur nyenyak malam ini.

Pilihan jatuh kepada Hotel Mutiara Baru, karena ada beberapa review yang sudah menyebutkan bahwa hotel ini cukup nyaman dengan harga manusiawi. Dari Jatim Park 1, bisa jalan ke jl. Dewi Sartika, kemudian ambil angkot berwarna hijau tapi yang B, jangan yang A.

Harga Sewa Kamar di Hotel Mutiara Baru: Rp. 300.000,- / malam dengan kapasitas 3 orang dewasa.

( + ) kamar luas, dapat makan pagi, lokasinya mudah dijangkau (tepat di depan walikota batu)

( – ) kamar mandinya dapat bonus kecoa, eh maksud gw.. 2 kecoa, hidup. Untungnya ga terbang.

Batu Night Spectacular (BNS)

Sekitar pukul 19.00, mereka bertiga sudah selesai bersiap-siap untuk pergi ke BNS. Aduh lupa, masih ada satu hal lagi yang perlu disiapkan ternyata, perut masih keroncongan kakak!

Makan malam mereka laksanakan di sebuah restoran soto di dekat Hotel tempat menginap. Masing-masing memesan soto ayam, dan harganya murah sekali, sekitar Rp. 7.000,- / porsi. Bahagia… Udah gitu, penjualnya ramah banget lagi. Bapak paruh baya itu tidak lupa mengajak ngobrol pelanggan-pelanggannya. Memang betul, Kota Batu ini sudah sangat siap untuk jadi Kota Wisata.

Perlu diketahui bahwa angkutan umum sudah tidak tersedia lagi di Batu setelah jam 6 sore. Perjalanan ke BNS pun diputuskan untuk menggunakan jasa ojek. Sayangnya, di sekitar Hotel itu tidak ada pangkalan ojek yang terlihat. Beruntung tepat di depan Hotel sedang ada tukang bakso yang berjualan, dan salah satu pelanggannya menawarkan jasa ojek. Dia menawarkan untuk mengantar mereka bertiga, sendirian saja!

Pintu Masuk BNS
Pintu Masuk BNS

Wah, pak, maksudnya tarpat (tarik empat / naik motor bereempat sekali jalan) gitu?

Ya enggalah!

Jadi ceritanya si Koya akan diantarkan terlebih dahulu, kemudian baru giliran Mihe dan Tempe (tarik tiga/tartig). Berhubung di BNS-nya sendiri juga sedang tidak banyak ojek yang tersedia, mereka sepakat untuk dijemput lagi sekitar pulul 23.00 nanti malam di pintu masuk BNS.

Enak deh kalau jalan-jalan dan sudah tau pasti nanti pulangnya naik apa..

Harga tiket masuk BNS: Rp. 20.000,- / orang

Biaya transport:

Melalui proses tawar menawar, didapatkan untuk sekali jalan mengantarkan mereka bertiga, tarif yang dikenakan adalah Rp. 45.000,-. Berarti, karena nantinya mereka dijemput juga oleh bapak tersebut, untuk transport bolak-balik BNS mereka kena Rp. 90.000,- atau Rp. 30.000,- / orang. Dan memang ternyata dari hotel ke BNS itu cukup jauh. Jadi, ga terlalu mahal lah…

tips: harus banget bawa jaket, apalagi kalau mau naik ojek, soalnya dingin poll…

Nah, begitu berhasil masuk ke BNS, langsung keliatan ada semacam gondola gitu yang muter-muter seluruh BNS, jadi bisa melihat keseluruhan BNS dari atas.

Harus naik yang itu dulu pokoknya!

Berbeda dengan Jawa Timur Park yang kebanyakan wahana-nya cuma-cuma, ternyata hampir setiap wahana di BNS harus membayar ekstra. Untuk sepeda udara, maksudnya gondola yang barusan disebutkan, per orang harus membayar tambahan Rp. 12.500,-.

Walaupun namanya sepeda udara, tapi ga perlu dikayuh pun ternyata jalan. Palingan setirnya aja yang bisa dimainin, buat muter-muterin sepedanya. Dan ternyata, walau awalnya terkesan mahal sekali, Rp. 12.500,- itu ga ada apa-apanya dibandingkan hadiah yang didapat! Bahkan, saking mantapnya, Mihe sampai tak kuat menahan keinginan untuk dugem di atas sepeda!

Berhubung kondisinya gelap sekali, foto tidak bisa menggambarkan asiknya berputar-putar di sepeda udara ini. Maka, mereka memilih untuk mempersembahkan sebuah video amatir..

…. Apakah bisa?

Iklan

9 pemikiran pada “Malang – Part 2: Belajar, belajar, dan belajar!

Gimana?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s