Jogjakarta – Part 2: Dengan mata tertutup

(tulisan ini adalah sekeping bagian dari perjalanan 1 minggu keliling Jawa berjudul Keliling By Request)

gudegnya sih enak, kok. Apalagi dengan harganya yang murah. Hanya sayangnya di restoran tempat mereka bertiga beristirahat itu, kondisi toiletnya kurang baik. Oh ya, urusan toilet ini sangat penting. Karena sampai dengan saat melahap gudeg di alun-alun utara, mereka bertiga masih belum tau sama sekali akan bermalam dimana untuk kota Jogja ini. Dengan demikian, selama perjalanan, setiap masuk ke toilet di Jogja pasti pertanyaan yang ada di benak: bisa buat numpang mandi ga ya?

Menurut salah satu blog yang menjadi sumber referensi, Jogja mempunyai banyak sekali warnet. Berhubung baik Tempe, Koya, dan Mihe sebetulnya tidak ada yang keberatan untuk bermalam di ‘hotel paket malam’, rencana awal adalah menghabiskan malam hari ini di warnet yang diceritakan. Paling paket malam berapa sih harganya, Rp. 15.000,- biasanya.

Bagaimanapun.. nah ini menariknya. Seiring berjalan waktu, bersamaan dengan bertambahnya jumlah langkah di Kota Jogja, pertanyaan mulai berubah dari mau nginep dimana menjadi warnetnya mana?? Sebetulnya sih si Tempe tahu, di daerah Tugu sana memang banyak warnet, tapi jalannya jauh lagi donk. Jadilah di sela-sela mengagumi Kota Jogja di sisa hari ini, dalam benak masing-masing terus tersimpan perasaan tidak nyaman mengenai harus diletakkan dimana kepala mereka malam ini.

Yang penting, jalan-jalan lanjod trus!

Taman Pintar

Sesuai jadwal yang sudah disusun, target berikutnya adalah taman pintar. Salah satu keunggulan Jogja ini adalah letak-letak objek wisatanya yang saling berdekatan. Semuanya semacam terpusat sama si Malioboro, jadi tidak perlu repot-repot cari info sana sini seputar angkutan antar spot. Bahkan, ada yang namanya Jogja Trans, tambah enak lagi buat berpindah-pindah tempat. Emang jozz banget Jogja ini, eh belum bahas jos-josan ya?

Dari alun-alun ke taman pintar ga jauh, kira-kira 500m. Bedanya sama perjalanan di pagi hari, sekarang jalannya di siang hari (iyalaaah…). Puanas bro.. Mana bawa-bawa barang lagi dalam ransel. Nah pas lagi jalan dari restoran gudeg ke taman pintar, mereka melewati monumen semar lagi nih, dan ternyata tempat itu emang spot ngaso Anak Gaol Jogja (AGJ), saingannya Anak Gaol Jakarta (AGJ juga). Dan yang lebih aneh lagi, inget orang gila yang sempat disinggung di post sebelumnya? Mereka ketemu lagi sama dia!

Setelah melalui perjalanan singkat, sampai juga di taman pintar. Begitu masuk, wuah, berasa pinteran dikit. IQ meningkat 10 poin, walaupun khusus si Mihe, IQnya udah maksimal jadi ga bisa meningkat lagi kayaknya. Gimana engga berasa meningkat IQnya, sekarang mereka bertiga sedang ada di taman pintar yang berlokasi di kota pelajar. Kurang jenius apa, tuh?

Jadi objek wisata taman pintar ini terdiri dari beberapa gedung terpisah. Tiketnya pun terpisah. Berhubung mereka bertiga punya rasa penasaran yang berlebihan, langsung aja nyamperin loket dan dengan pede berkata

Mas, minta tiket buat semua gedung!

Awalnya penjaga loketnya agak kebingungan, ada apa gerangan? Tengok-tengok ke bagian atas loket, ternyata ada beberapa gedung yang dikhususkan buat anak-anak. Ya ampun, sadar umur kali..

Mas, ga jadi! Mau tiket yang paket planetarium, gedung oval, sama gedung kotak aja deh!

Dengan nyengir-nyengir dikit, akhirnya si Mas penjaga loket memberikan 3 buah tiket.

Harga tiket masuk

Planetarium: Rp. 15.000,- / dewasa (ada jadwal-jadwal khusus pemutaran filmnya)

Gedung Oval + Kotak: Rp. 15.000,- /dewasa

Planetarium dan Toilet Bersih!

Koya di Planetarium
Senyum bahagia pertama kali masuk planetarium

Pementasan paling dekat adalah pukul 12.30, mereka datang tepat sekali. Jadi, tujuan pertama mereka di taman pintar adalah: planetarium! Koya yang paling bersemangat untuk masuk, berhubung seumur-umur dia hidup katanya belum pernah ngerasain kayak apa sih planetarium itu.

Ada satu kejadian menarik tepat sebelum masuk ke ruangan planetarium. Mereka bertiga pertama-tama, seperti biasa, memeriksa toilet terlebih dahulu.

Salah fokus ini mah namanya!

Tapi tahukah anda.. tak disangka tak dinyana, toilet planetarium bersih banget! Koya berusaha memamerkan toilet yang begitu bersih, tanpa sadar bahwa toilet yang ia bangga-banggakan itu sebenarnya toilet wanita! Tapi, akhirnya Mihe dan Tempe juga menyetujui bahwa toilet itu mendapat sertifikasi layak ditumpang-mandikan, termasuk toilet prianya. Huhuhu.. ide usil mulai muncul di kepala mereka.

Bagaikan ketemu oasis di padang gurun..

Berhubung filmnya udah mau dimulai, mereka bertiga memutuskan untuk masuk terlebih dahulu ke dalam ruangan pemutarannya, dan mulai menyadari bahwa masuk dalam keadaan lelah, di luar panas, dan bawaan berat adalah sebuah kesalahan!

Bangku Planetarium
Wah, lihat deh, bagus ya filmnya..

Planetarium itu, seperti yang pada umumnya, punya kursi yang senderannya rendah sekali. Ditambah lagi, udaranya dingin, suasananya gelap, dibacakan dongeng pula. Wah kacau ini, pikir Tempe sejenak, kuatlah imanku untuk tidak tidur dan menonton film ini dengan baik. Sambil berpikir demikian, Tempe memalingkan mukanya untuk melihat Koya yang duduk terpisah, dan dia sudah pamit duluan ke ‘dunia penuh bintang’ (baca: tidur). Cih..

Ada 3 film yang diputar di planetarium, tentang langit jogja malam ini, terbentuknya matahari, dan… em… apa ya satu lagi, maap ketiduran juga. Seru kok, buat yang belum pernah ke planetarium patut nyobain, banyak yang bisa dipelajari, asal ga ketiduran aja.. hehehe. Mungkin durasinya aja kali ya yang kelamaan, alasan si Tempe.

Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu tiba, niat mereka bertiga sudah bulat untuk numpang mandi sejenak di toilet bersih yang tadi dilihat pas masuk. Mereka mengumpulkan tembok untuk menutupi rasa malu, namun apa daya langsung runtuh sesaat kemudian. Ternyata pintu masuk dan pintu keluarnya beda! Yaaah.. batal deh.

Mungkin mba-mba penjaganya sudah mengendus niat bulus mereka..

Gedung Oval Kotak

Jadi ini gedung maunya bentuk oval apa kotak sih?

Oh, jadi ceritanya ini adalah 2 gedung yang berbeda. Awalnya mereka bertiga, masih dalam suasana kekecewaan karena baru saja kelewatan toilet yang sangat bersih, langsung menuju ke gedung oval yang lokasinya lebih dekat dengan planetarium. Tetapi mereka ditahan di pintu masuk dan diminta untuk terlebih dahulu mengunjungi gedung kotak. Yowis, kita ikuti saja…

Di gedung kotak, tidak banyak yang bisa dilihat. Sebagian besar merupakan daftar sejarah, seperti daftar presiden, daftar pahlawan, daftar Sultan Hamengkubuwono, dsb. Skip skip…

Cuma habis sekitar 10 menit di gedung oval, mereka langsung ngesot masuk ke gedung kotak. Wuah, ini baru taman pintar sesungguhnya. Pernah ke PP IPTEK? Itu loh, tempat karyawisata di TMII yang dulu nge-hip banget (jaman SD). Lebih kurang mirip kayak gitu sih isinya. Masih ada ga ya PP IPTEK?

Gedung Oval Taman Pintar
Interior Gedung Oval, keren!

Gedungnya luas sekali! Dihitung-hitung sekitar ada 4 lantai! Dan banyak zona-zona menarik, dengan berbagai alat peraga. Misalnya kimia, fisika, atau zona teknologi informasi. Pas banget buat yang mau main-main sambil belajar. Tempatnya juga bersih, walaupun sayang banget beberapa alat sudah rusak dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Perihal lain yang menyenangkan juga, ada beberapa spot yang sepertinya disponsori oleh perusahaan-perusahaan anak bangsa. Pastinya Tempe ga bisa menahan rasa bangga. Betapa engga, lihat aja kalau orang Indonesia udah bekerja sama satu sama lain, mencoba membuat sesuatu, jadinya bisa bagus kan. Buktinya adalah si taman pintar ini. Mungkin akan jauh lebih baik kalau di dalam gedung ini juga dipamerin lebih banyak lagi karya-karya dalam negri ya.

Diorama Kota Jogja
Mihe asik bermain diorama Kota Jogja

Biarpun umur udah pada kepala 2, tapi berhubung tampang masih kayak umur 16, ditambah lagi kelakukan yang kayak anak umur 12, jadilah mereka bertiga menghabiskan waktu cukup lama disini. Sekitar 2 jam dihabiskan mengitar-ngitar di dalam gedung. Sebagai penutup kunjungan ke gedung oval, di lantai paling atas ada sebuah pemutaran film lagi 4D, judulnya Petuangan Rilly. Sayangnya harus bayar tambahan Rp. 20.000,-. Filmnya sendiri buatan korea yang di-dubbing bahasa Indonesia, tentang migrasi burung. Seolah tidak belajar dari pengalaman, tempat pemutaran film kan pasti: gelap, dingin, dan disertai kursi empuk, akhirnya cuma menyebabkan satu hal saja: mereka bertiga ketiduran, lagi.

Durasi filmnya sekitar 15 menit, dan setelah beres, mereka bertiga diarahkan keluar ke food court gedung oval.

Mau tidur dimana, nih?

Sambil makan kentang goreng dan minum es cendol, rapat kembali diadakan. Namun kali ini pesertanya cuma 2, Mihe sama Tempe. Si Koya mana? Entah ni orang apa masih belum puas udah tidur di planetarium dan cinema 4D, di food court pun dia numpang tidur. Niat awalnya mau nongkrong bentar adalah supaya si Mihe bisa nge-charge HPnya. Satu-satunya HP yang futuristik diantara mereka bertiga.

Pembicaraan cukup sengit terjadi di antara Mihe dan Tempe terkait tempat beristirahat untuk malam ini. Berbeda dengan Koya yang sudah terbukti mampu tidur dimana saja, Mihe dan Tempe mencoba mencaritahu penginapan murah di area Jogja.

singkat cerita.

Mereka berdua memutuskan untuk mengesampingkan ide menginap di warnet, dan mencoba menelpon 3 penginapan murah yang memiliki review yang baik di internet. Sayangnya, 2 diantaranya sudah penuh, sehingga hanya tersisa 1 saja. Oh ya, untuk penginapan murah sendiri, di Jogja ada jalan yang namanya Jl. Sosrowijayan, surganya penginapan murah. Letaknya ada di salah satu gang di Malioboro, dekat dengan stasiun Tugu.

tips: lebih baik kalau mau menginap di sosrowijayan, sebelum ke TKP harus udah tahu dulu hotel yang dituju. Kalau engga, bakal banyak calo yang mendekat dan menawarkan hotel-hotel murah. Ga tau reputasinya, lebih baik jangan coba-coba deh, nanti malah kenapa-kenapa kan?

Kamar Hotel Karunia
Suasana kamar di Hotel Karunia

Akhirnya mereka bertiga bisa tenang sedikit, begitu tiba di hotel yang dituju yaitu Hotel Karunia. Harga 1 kamar, yang terdiri dari 2 kasur kecil, adalah Rp. 150.000,-. Berhubung jumlah yang menginap 3 orang, ditambah lagi 1 ekstra bed seharga Rp. 50.000,-. Total-total, setiap orang membayar Rp. 67.000,- untuk penginapan 1 malam di hotel ini.

Keputusan untuk mengambil penginapan ini juga disebabkan oleh tas yang terasa semakin lama semakin berat saja. Dan memang ini adalah sebuah keputusan yang sangat tepat. Istirahat itu penting, berhubung perjalanan juga masih jauh dan panjang, kan?

Hotelnya sendiri walaupun murah tapi cukup memuaskan. Apalagi kebetulan kamar yang mereka dapatkan bisa mendengar live music dari tetangga, alias ternyata sebelah hotel ini ternyata ada studio musik gitu. Nah, mari sejenak membaringkan kepala, mengistirahatkan kaki, dan memanfaatkan toilet yang dengan bebas bisa dipakai untuk mandi!

Alun-Alun Selatan

Sekitar pukul 19.00, sempat ditahan selama 3 jam oleh nikmatnya kasur dalam kamar, akhirnya mereka bertiga bisa membebaskan diri dan beranjak lagi dari hotel untuk menghadapi tujuan terakhir hari ini: Alun-Alun Selatan! Ada apa sih disana?

Pernah dengar tentang 2 beringin yang terkenal di Jogja?

Legenda yang terdengar, jika kita bisa melewati tepat di tengah kedua beringin tersebut, kita bisa mendapatkan apa yang kita mau. Lah, susahnya apa? Ga susah kok, cuma pas jalan, mata kita dalam kondisi tertutup!

Nah, dari Malioboro sendiri, bisa ambil Trans Jogja jalur 3A ke arah alun-alun selatan, tapi berhenti masih agak jauh dan harus jalan lebih kurang 500 meter untuk mencapai tempat yang dituju.

Alun-Alun Selatan Jogja
Foto dengan latar belakang 2 beringin yang terkenal!

Ekspektasi awal yaitu alun-alun ada dalam keadaan sepi ternyata sangat keliru! Padahal mereka berkunjung pada hari Selasa, tidak libur, besoknya Rabu, hari sebelumnya Senin! Tapi tetap saja banyak orang berkumpul disini, ada yang naik semacam kendaraan berwarna-warni, banyak pula yang ingin mengadu nasib mencoba melewati beringin dengan mata tertutup.

Begitu sampai, pertama-tama mereka pastinya mengisi perut dulu. Kebetulan di alun-alun ini ada tempat lesehan yang menjual Bakmi Jawa, sambil makan juga bisa menikmati suasana alun-alun itu sendiri. Bakmi Jogja yang dijual, beserta minum kira-kira menghabiskan Rp. 17.000,- / orang.

Begitu perut terisi, langsung saja mereka menuju spot menyeberangi beringin! Tempe dengan bangganya menyatakan bahwa terakhir kali ia kesini, ia langsung berhasil pada percobaan kedua. Mihe dan Koya awalnya tampak tidak begitu tertarik, dan kebetulan Koya dapat giliran pertama. Seperti dugaan Tempe, baik Mihe maupun Koya gagal semua pada percobaan pertama. Kasihaan… Dan ini pasti banget: kalian ga akan mau pulang sebelum berhasil, percaya deh. Rasa penasarannya bakal membunuh perlahan saat tidur di malam harinya. Makanya, cobain terus sampai bisa deh mendingan!

Pada akhirnya, Koya berhasil menyeberangi beringin pada percobaan ketiga, sementara Mihe berhasil pada percobaan keempat. Bagaimana dengan si congkak Tempe? Ternyata mulutnya saja yang besar, si Koya aja sampai kelelahan mengikuti Tempe karena dia gagal terus. Untungnya pada percobaan kelima, akhirnya dia berhasil juga. Fyuh… lega.

tips 1: bawa penutup mata sendiri, bisa saputangan, atau penutup mata buat tidur. Ada sih nyewa, tapi harganya Rp. 5.000,-.

tips 2: ini bukan tips sih sebenarnya. Pada salah satu video berjalan-jalan di alun-alun selatan yang diupload di youtube, terdapat sebuah komentar yang cukup menarik mengenai filosofi kedua beringin ini. Lebih kurang komentar itu mencoba memperbaiki persepsi orang-orang tentang legenda 2 beringin. Intinya, maksud dari bisa mendapatkan apa yang diinginkan itu bukan secara harafiah. Lebih kepada: ketika orang mampu menggunakan mata hatinya untuk melihat, bukan cuma mata di kepalanya, maka ia pasti bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Lebih masuk akal, dan yang pasti ternyata pesan yang tersembunyi dari sekedar kegiatan menyeberangi 2 pohon itu indah sekali!

Setelah semua sukses mengadu nasib dengan mata tertutup, dan duduk-duduk sebentar karena kelelahan atas berbagai percobaan yang sudah dilakukan, akhirnya mereka kembali ke hotel. Yang seru, pada jam mereka pulang, sekitar pukul 22.00, sudah tidak ada lagi trans jogja, jadi mereka memutuskan untuk berjalan kaki!

Rute Jalan Kaki
Rute yang ditempuh saat balik ke hotel, dengan berjalan kaki!

Dan jaraknya cukup jauh loh dari alun-alun selatan sampai hotel karunia. Menurut gmaps, dengan berjalan kaki, jarak yang ditempuh adalah 3,3km dengan waktu tempuh 40 menit! Tapi ga bisa dipungkiri, sambil menikmati suasana malam kota Jogja, dan duduk sebentar di alun-alun utara, semuanya terbayar kok.

Ini baru hari pertama jalan-jalan, dan pelajaran yang didapatkan sudah buanyak sekali. Pengalaman yang sangat berharga, yang mungkin dalam keseharian 3 orang yang kerjaannya nongkrong depan komputer ini, ga akan pernah mereka kira akan rasakan.

Kalau pengalaman hari ini bisa berkata, maka ia tak perlu berkata apa-apa, karena keindahannya sudah terlanjur menghiasi awal perjalanan mereka dengan begitu sempurna.

Iklan

2 pemikiran pada “Jogjakarta – Part 2: Dengan mata tertutup

  1. btw, itu gedung yang isinya “Sebagian besar merupakan daftar sejarah, seperti daftar presiden, daftar pahlawan, daftar Sultan Hamengkubuwono, dsb. Skip skip…” bukan gedung kotak lho, namanya gedung memorabilia, ada di tiketnya, jadi si gedung oval sama kotak itu menyatu yang oval sampe tangga spiral naek keatas sisanya gedung kotak

Gimana?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s