Keberanian untuk Berkembang

Wah pikiran ini menyiksa sekali, sebetulnya ingin berbenah diri dulu sebelum menuliskan yang satu ini, tapi apa daya tampaknya tidak kuat menahan untuk menumpahkannya.

Jadi beberapa hari lalu ada sebuah notes di facebook yang sangat menarik. Isinya kurang lebih tentang kecemasan seseorang, yang sebetulnya tidak dikenali, mengenai perubahan yang terjadi di kampus. Itupun notes barang share dari teman, tidak langsung dari penulisnya. Toh apa yang penting dari hal tersebut adalah isinya kan, bukan penulisnya?

Secara singkat, ada kekhawatiran bahwa kondisi kampus saya sudah tidak seperti dulu lagi, yang digambarkan begitu nyaman dan tampaknya ideal. Menarik, tapi setelah dipikirkan kembali, ada fenomena menarik yang mencuat, yang biasanya tidak pernah disadari. Bukan cuma tentang kampus, tapi lebih umum.

Sedikit berbelok dari kondisi kampus, beberapa kali juga dalam diri muncul kecemasan mengenai keadaan musik jaman sekarang, dan yang marah tidak sedikit. Atau kasus yang lain lagi, mengenai hilangnya tontonan anak yang ‘berkualitas’. Apa yang mau disoroti?

Semua hal di atas adalah bagian dari perubahan. Seperti seorang dosen pernah mengatakan,

perubahan itu penting, tapi bikin sakit perut

Apakah iya selamanya tontonan anak harus seperti dulu? Kondisi musik harus seperti dulu? Bukan kemonotonan yang perlu kita pelihara, tapi perkembangan. Seringkali, bahkan selalu, perubahan langsung dinyatakan sebagai sebuah kesalahan. Wajar, karena ada perasaan nyaman pada saat semua berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Siapa yang ingin mempertaruhkan rasa aman untuk sebuah perubahan, dengan segala dinamikanya? Tidak banyak, dan mereka memiliki julukan khusus: pemimpin.

Tidak, tulisan kali ini bukan mengenai pemimpin, tau apa soal pemimpin sehingga berani menyatakan apa yang benar dan apa yang salah. Tulisan ini adalah sugesti bagi diri untuk siap berubah, demi perkembangan. Apakah kita harus cemas ketika kondisi kampus berubah, dari yang tadinya semua orang mengagungkan buku, kemudian mulai main kartu di kala senggang? Tidak, cemaslah ketika kondisi kampus sama persis seperti dulu. Jika demikian, kalian tidak melihat perkembangan. Yah memang sih, ada syarat mahal agar perubahan dapat diterima: kepercayaan.

Bingunglah saat gelantika musik sama persis seperti 5 tahun lalu.

Paniklah ketika kondisi kartun sama persis seperti 10 tahun lalu.

Bukan kondisi yang harus dijaga, tapi perkembangannya. Memang, sepertinya semua orang akan merasa bahwa yang sejauh ini dijaga adalah perkembangan tersebut, bagus kalau begitu. Poinnya, jika ingin marah, katakan perkembangan yang benar, yang lebih baik, bukan mengata-ngatai kondisi saat ini. Jika demikian, sama saja marah pada masalah tanpa memberikan solusi. Oh ya, bertindak sama persis seperti dahulu bukan solusi loh. Itu kemunduran.

Hanya yang terpenting: sadari arti sebelum bertindak. Kita tidak membuat logo perusahaan terlebih dahulu baru memikirkan artinya kan? Karena tindakan tersebut akan terlihat sama hasilnya, sepert mereka yang memikirkan artinya terlebih dahulu dan menghasilkan logo dari situ.

Menutup tulisan kali ini, ada satu keindahan bahasa Indonesia pada kata perkembangan. Kata dasarnya, kembang, bisa berarti bunga, yang sebelum mekar akan berada dalam kondisi kuncup, kondisi yang penuh dengan ketidakpastian.

setiap generasi akan merasa lebih pintar dari generasi sebelumnya, dan lebih bijaksana dari generasi setelahnya.

Iklan

Gimana?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s